Negara-negara teluk pula kelihatan lebih lantang menyuarakan kekhuatiran peperangan yang berlaku memberi kesan kepada ekonomi mereka secara langsung, dan mungkin mengheret mereka kepada peperangan serantau (regional war). Kelompok pemimpin arab menegaskan, jika berlaku perang, serangan ke atas Iran tidak boleh dilakukan dari pengkalan yang berada di wilayah mereka. Satu langkah yang "paling berani" dilakukan setakat ini selain pidato kutukan kosong yang telahpun kita dengar puluhan tahun.
Walaupun rakyat negara-negara arab secara umumnya menyokong perjuangan saudara mereka yang dibantai, para pemimpin mereka belum mampu untuk memberi tindakbalas yang tegas seperti sekatan ekonomi, menghentikan bekalan minyak, apalagi respon secara ketenteraan.
Bagi kaum muslimin, pertolongan Allah itu sentiasa dekat. Itulah yang Dia janjikan dan Allah tidak sesekali mungkir janji, walaupun ketika ini, realiti yang tidak sanggup kita lihat terpampang di hadapan mata dan kaum muslimin berada pada titik paling bawah, seperti makanan yang dikunyah musuh.
"Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu ada yang disisir dengan sikat besi sehingga memisahkan daging dan tulang mereka, dan ada yang digergaji kepalanya hingga terbelah dua. Namun semua itu tidak membuat mereka berpaling dari agamanya. Demi Allah, Allah akan menyempurnakan urusan ini (Islam), hingga seseorang berjalan dari Sana’a ke Hadramaut, tidak ada yang ia takutkan kecuali Allah, dan serigala atas kambingnya, tetapi kamu terlalu tergesa-gesa." [Riwayat Bukhari no. 3612]
Amatlah malang jika kaum muslimin memilih untuk mencari titik perbalahan dan perpecahan ketika penyatuan menjadi persoalan hidup-mati jutaan umat ketika ini.