Monday, December 24, 2012

Perbincangan ringkas mengenai Taghut

 Definisi Taghut adalah luas. At-taghut (الطَّاغُوتَ) masdarnya ialah at-tughyan/tagha yang membawa maksud melebihi had.

“Sesungguhnya Kami, ketika air (banjir) melampaui hadnya (tagha) (serta menenggelamkan gunung-ganang), telah mengangkut (serta menyelamatkan nenek moyang) kamu ke dalam bahtera Nabi Nuh (yang bergerak laju pelayarannya).” (Surah Al-Haqqah: ayat 11)

Taghut dari segi istilah ialah mereka yg melangkaui batas dengan menyamakan ia dgn hak Allah dan menjadikannya sekutu dgn Allah. Allah S.W.T berfirman:
“(Lalu diperintahkan kepadanya): Pergilah kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas (tagha).” (Surah An-Naazi’at: ayat 17)

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap umat seorang Rasul (dengan memerintahkannya menyeru mereka): Hendaklah kamu menyembah Allah dan jauhilah taghut.” (Surah An-Nahl: ayat 36)

Umar Al-Khattab R.A berkata: “At-taghut itu adalah syaitan.” (At-tabari dlm Jami’ul Bayan An Ta’wilil Quran; Al-Hafiz Ibn Hajar dlm Fathul Bari (8/251) mengatakan bahawa sanadnya kuat)

Jabir R.A. berkata: “ At-taghut adalah para nujum dan penunjuk nasib yg bergantung kpd pertolongan syaitan.” (ibid)

Imam Malik Rh berkata: “Taghut itu adalah menyembah selain Allah.” (Riwayat As-Suyuti dlm Ad-Durarul Manthur dari jalan Ibn Abi Hatim)

Ibnul Qayyim Rh dlm I’lamul Muwaqiin memberi penjelasan lebih komprehensif, katanya: “At-taghut adalah perkara yg menyebabkan seseorang itu melebihi batasan samada ia berkaitan dgn penyembahan, mengikutinya atau mematuhinya. Jadi taghut dlm segala bentuk ialah mereka yg berpaling dari Allah dan RasulNya utk perkara hukum; atau merasa suka menyembah selain dari Allah atau mengikuti sesuatu tanpa sebarang dalil dari Allah atau mematuhi sesuatu dlm perkara yg diketahui bahawa ia adalah keingkaran kpd Allah.”
Irshad Manji bersama kumpulan yang mentafsir Islam dengan method yang karut

Adapun taghut, seluruh ulama juga sepakat bahwa definisi taghut adalah sesembahan selain Allah atau hukum-hukum kufur. Imam As-Sa’di menyatakan bahwa taghut adalah semua hukum selain hukum Allah SWT (Imam Abdurrahman Nashir as-Sa’di, Taysir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalaam al-Manan, hlm. 90).
Imam Malik, sebagaimana dikutip oleh Ibnu al-‘Arabi menyatakan, thaghut adalah semua hal selain Allah yang disembah manusia seperti berhala, pendeta, ahli sihir atau semua hal yang menyebabkan syirik (Ibnu al-’Arabi, Ahkam al-Qur’an, I/578).
Berdasarkan penjelasan ini dapat dipahami bahwa sekularisme, liberalisme, demokrasi, nasionalisme, sosialisme dan kapitalisme adalah taghut yang harus diingkari dan ditolak oleh kaum Muslim.
Sedangkan Khilafah, seluruh ulama sepakat bahwa Khilafah adalah kepemimpinan umum kaum Muslim di seluruh dunia pada wilayah tertentu untuk menjalankan syariah Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.
Syaikh Musthafa Shabari, Syaikhul Islam dalam Daulah Utsmaniyyah mendefinisikan khilafahdengan, “Pengganti Rasulullah saw. dalam melaksanakan syariah Islam”. (Musthafa Shabari,Mawqif al-‘Aql wa al-‘Ilm wa al-‘Alim, IV/363).
Imam al-Baidhawi mendefinisikan Khilafah dengan, “Sosok yang menggantikan Rasulullah saw. dalam menegakkan syariah Islam, menjaga agama, yang wajib ditaati oleh seluruh kaum Muslim.” (Imam al-Baidhawi, Hasyiyyah Syarh ath-Thawali’, hlm. 228).
Imam al-Qalqasyandi mendefinisikan khilafah dengan, “Kekuasaan umum atas seluruh umat”(Imam al-Qalqasyandi, Maatsir al-Inafah fi Ma’alim al-Khilafah, I/8).
Imam Adldi ad-Din al-Aiji mendefinisikan khilafah sebagai: “Kepemimpinan umum untuk urusan dunia dan akhirat yang dimiliki oleh seseorang.” (Imam ‘Adldi ad-Din al-Aiji, Mawaqif wa Syarhihi, V/66). Beliau juga menyatakan dalam kitab yang sama, bahwa khalifah lebih utama disebut sebagai: Khilafah ar-Rasul dalam menegakkan dan menjaga agama, yang mana ia wajib ditaati oleh seluruh kaum Muslim.”
Sebagian ulama Syafi’iyah mendefinisikan khilafah dengan, “Imam A’dzam (Pemimpin Agung) yang mengganti posisi Rasul dalam menjaga agama dan mengatur kehidupan dunia.”(Nihayah al-Muhtaaj ila Syarh al-Minhaj, VII/289).
Imam al-Mawardi mendefinisikan khilafah dengan, “Imamah yang diposisikan untuk Khilafah Nubuwwah (pengganti kenabian) dalam hal menjaga agama dan urusan dunia.” (Imam Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hlm. 3).
Ibnu Khaldun mendefinisikan khilafah dengan, “Wakil Allah dalam menjaga agama dan urusan dunia.” (Ibnu Khaldun, Muqaddimah, hlm. 159).

Tidak ada paksaan dalam agama (Islam), kerana sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Oleh itu, sesiapa yang tidak percayakan Taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali agama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.
(Al-Baqarah 2:256) 

Allah Pelindung (Yang mengawal dan menolong) orang-orang yang beriman. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kufur) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, penolong-penolong mereka ialah Taghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kufur). Mereka itulah ahli neraka, mereka kekal di dalamnya.
(Al-Baqarah 2:257)

Tidakkah engkau (hairan) melihat (wahai Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahawa mereka telah beriman kepada Al-Quran yang telah diturunkan kepadamu dan kepada (Kitab-kitab) yang telah diturunkan dahulu daripadamu? Mereka suka hendak berhakim kepada Taghut, padahal mereka telah diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Taghut itu. Dan Syaitan pula sentiasa hendak menyesatkan mereka dengan kesesatan yang amat jauh.
(An-Nisaa' 4:60)


Orang-orang yang beriman, berperang pada jalan Allah; dan orang-orang yang kafir pula berperang pada jalan Taghut (Syaitan). Oleh sebab itu, perangilah kamu akan pengikut-pengikut Syaitan itu, kerana sesungguhnya tipu daya Syaitan itu adalah lemah.
(An
-Nisaa' 4:76)

Katakanlah: "Mahukah, aku khabarkan kepada kamu tentang yang lebih buruk balasannya di sisi Allah daripada yang demikian itu? Ialah orang-orang yang dilaknat oleh Allah dan dimurkaiNya, dan orang-orang yang dijadikan di antara mereka sebagai kera dan babi, dan penyembah Taghut. Mereka inilah yang lebih buruk kedudukannya dan yang lebih sesat dari jalan yang betul".
(Al-Maaidah 5:60)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap umat seorang Rasul (dengan memerintahkannya menyeru mereka): "Hendaklah kamu menyembah Allah dan jauhilah Taghut". Maka di antara mereka (yang menerima seruan Rasul itu), ada yang diberi hidayah petunjuk oIeh Allah dan ada pula yang berhak ditimpa kesesatan. Oleh itu mengembaralah kamu di bumi, kemudian lihatlah bagaimana buruknya kesudahan umat-umat yang mendustakan Rasul-rasulnya.
(Al-Nahl 16:36)


Dan orang-orang yang menjauhi dirinya dari menyembah atau memuja Taghut serta mereka rujuk kembali taat bulat-bulat kepada Allah, mereka akan beroleh berita yang mengembirakan (sebaik-baik sahaja mereka mulai meninggal dunia); oleh itu gembirakanlah hamba-hambaKu -
(Az-Zumar 39:17)

Sunday, December 16, 2012

Deklarasi mujahidin Syria untuk tegaknya Khilafah Islam
















Inilah teks deklarasi mujahidin suriah untuk tegaknya Khilafah Islam

Tepat tanggal 12/12/2012 ikut bergabung beberapa brigade mujahidin untuk mendukung berdirinya negara Khilafah di Suriah. Sebelumnya diberitakan bahwa beberapa pimpinan brigade telah bersumpah untuk berusaha dengan sekuat tenaganya mendirikan negara khilafah islam pasca tumbangnya rezim diktator Bashar al-Assa
d, mereka juga menolak gagasan negara sipil demokrasi yg dipromosikan oleh negara-negara barat pimpinan AS dengan menggandeng rezim anteknya, negara-negara teluk. Selain itu mujahidin pejuang pembebasan suriah ini mendeklarasikan terbentuknya brigade-brigade yg tergabung dalam koalisi pendukung khilafah (liwa anshar al-khilafah). Rincian teks deklarasi dan brigade yg ikut bergabung sebagai berikut:



Bismillahi Al-Rahman Al-Raheem,

“Yang berhak menetapkan hukum adalah Allah swt. Dialah yg telah memerintahkan kalian untuk tidak beribadah kecuali kepada Nya. Inilah agama yg lurus, namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” (Terjemah Quran, Surat Yusuf 12:40)

Kami para pemimpin dari brigade-brigade sebagai berikut:

- Brigade Ansar Al Sharia
- Brigade Abdullah Ibn El-Zubeir
- Brigade Rijalullah
- Brigade As-Syahid Mustafa Abdul-Razzaq
- Brigade Syaifur Rahman

Dengan penuh keimanan kami memiliki kewajiban untuk melakukan aktivitas menegakkan hukum syariah islam dalam seluruh sendi kehidupan dan institusi pemerintahan, dan menuntut kami untuk meraih keridhoan Allah swt. Kami mendeklarasikan pembentukan brigade koalisi pendukung khilafah ( للواء انصار الخلافه) di daerah Aleppo bagian barat, dan kami bersumpah kepada Allah swt (tabaaraka wa ta’ala), bahwa kami akan mengupayakan secara dg sungguh-sungguh untuk menggulingkan rezim baath kafir pelaku kriminal. Kami juga menentang segala konspirasi persekongkolan baik dari dalam negeri maupun luar negeri suriah, dan menghancurkan rencana busuk mereka berupa rencana negara sipil demokrasi. Serta beraktivitas dengan orang-orang yg ikhlas untuk mendirikan kembali negara Khilafah Islam, yg dengan negara tersebut kami akan mengakhiri penjajahan dan perbudakan yg telah berlangsung puluhan tahun lamanya hingga mengembalikan kami sebagai kaum yg terhormat diantara Timur dan Barat.

Sungguh, kami menyeru saudara-saudara kami para mukhlisin dari berbagai brigade pejuang pembebasan suriah untuk menyatukan visi dengan kami, dan mendeklarasikan diri untuk melepaskan diri dengan agen-agen baru negara kolonialist (red:koalisi oposisi suriah yg dibentuk di Doha, Qatar). Kami juga memperingatkan mereka dari tawaran kompromi dalam hal agama untuk ditukar dengan uang dan persenjataan, karena sangat jelas, disanalah terbentang kehancuran. Dan demi Allah yg menguasai segala sesuatu perbendaharaan di langit dan di bumi, namun orang-orang munafik tidak memahaminya (TQS Munafiqun 63:7)

Dan Allah (azza wa jala) telah memberikan jaminan bahwa Dia akan memberi pertolongan kepada kita, apabila kita menolong Nya, dan berusaha menegakkan agama dan hukum shariah Nya dengan tulus. Allah swt berfirman, “Wahai orang2 yang beriman, apabila kalian menolong agama Allah, maka Allah swt akan menolongmu dan menguatkan kedudukanmu (TQS Muhammad 47:7). Allahu Akbar, dan segala kemuliaan milik Allah, Takbier: الله اكبر …الله كبر ..الله اكبر


Qasam (sumpah):

نقسم بالله العظيم ان نكون حرسا امناء للاسلام وان نعبد الله لا نشرك به شيئا وان لا نرضى بغير نظام الخلافه ولو بذلنا في سبيله المهج والارواح والله على ما نقول شهيد …نكبير الله اكبر الله اكبر الله اكبر

Kami bersumpah dengan nama Allah yg Maha Agung, bahwa kami akan menjadi penjaga Islam yg terpercaya, dan kami akan menyembah-Nya dengan tidak mensekutukan-Nya, dan tidak akan ridha dengan selain Sistem Khilafah mesikipun kami harus mengorbankan banyak dalam peperangan dan nyawa. Dan cukup Allah swt yang menjadi saksi atas apa yang kami ucapkan.

Takbier. Allah Akbar…Allahu Akbar… Allahu Akbar…


Video dapat dilihat di :
http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=O-5uNi5VZHo

Tuesday, December 11, 2012

Seorang Kristian Yang Pemurah Dan Hakim Yang Angkuh


Semasa kerajaan Bani Umaiyah berkuasa di bawah pemerintahan Khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan, terdapat seorang janda daripada keturunan Nabi Muhammad Sallallahu `alaihi wasallam. Dia mempunyai tiga orang anak perempuan yang masih kecil dalam kedaaan hidupnya sangat dhaif dan menyedihkan.

Pada suatu hari anak-anaknya menangis tidak berhenti-henti, kerana tidak tahan lagi menanggung kelaparan. Sudah puas ibunya memujuk menyuruh bersabar namun anak-anak itu terus menangis dengan kuatnya. 

"Tunggulah sampai besok nak, nanti ibu akan pergi ke pejabat kadi bertemu tuan hakim meminta sesuatu daripada harta Baitulmal' mudah-mudahan dia menghulurkan sedikit bantuan untuk kita. " Ujar ibu itu berjanji mengharapkan anak-anaknya akan diam. 

Maka pada keesokan harinya, pagi-pagi lagi ibu tadi beserta anak-anak itu datang ke pejabat tuan hakim. Setelah agak lama menunggu, barulah tuan hakim datang. Melihat ibu dan anak-anak kecil berada di hadapan pejabatnya, tuan hakim bertanya : 

"Ada apa kamu sekalian menunggu di sini ?" 

"Tuan Hakim ! Kami sudah lama tidak menjamah makanan. Saya sendiri boleh tahan, tapi anak-anak kecil ini tidak sanggup menahan lapar, jadi kami datanglah ke mari moga-moga Tuan dapat memberikan sedikit sedekah kepada kami." Kata ibu tadi mengharap belas kasihan daripada tuan hakim itu. 

"Baiklah, hari ini kembalilah dulu ! Besok aku akan berikan kamu sesuatu," tegasnya.
Wajah ibu itu ceria sedikit bila mengetahui bantuan yang diharap-harapkan itu akan diterimanya esok. Tapi bila memikirkan keadaan anak-anaknya yang sedang kelaparan itu maka timbul di hatinya untuk merayu kepada tuan hakim itu supaya bantuan itu diberikan pada hari itu juga. 

"Tuan Hakim ! Terima kasih banyak di atas pertimbangan Tuan yang baik itu, tapi alangkah baiknya kalau bantuan itu diberikan sekarang ini juga kerana anak-anakku sedang kelaparan." Ibu itu merayu. 

"Sudahlah, bukankah aku sudah katakan besok saja, aku baru saja datang, takkan hendak menyelesaikan urusan kamu dahulu. "Sergah tuan hakim sambil minta si ibu itu keluar dari biliknya. 

Ibu itu menarik tangan anaknya untuk pulang, namun anak yang tidak mengerti itu lebih kuat lagi tangisannya kerana dillihatnya tidak ada sesuatu yang diberikan oleh tuan hakim itu.

Tuan hakim tak bagi kita apa-apa ibu? "Tanya anaknya yang agak besar itu." 

"Tuan hakim sibuk hari ini nak, besok dia akan berikan sesuatu kepada kita." Pujuk si ibu.

Pada malam itu dia terpaksa mencari jalan untuk mententeramkan anak-anaknya agar tidak terus menangis dan meyakinkan bahawa mereka pasti dapat bantuan daripada harta Baitulmal pada keesokan harinya. Namun anak-anak yang belum faham itu terus bertanya kenapa mesti kena tunggu besok kalau tuan hakim betul-betul mahu bantu. Bagaimanapun akhirnya mereka semua tertidur di dalam keadaan perut yang kosong. 

Pada keesokan paginya , ibu itu pergi seorang diri ke pejabat tuan hakim sementara anak-anaknya ditinggalkannya di rumah. 

"Assalamualaikum Tuan Hakim, " ibu itu memulakan bicaranya.

"Ah, pagi-pagi buta begini engkau sudah sampai ke mari, ada apa ? "Bentak tuan hakim pura-pura bertanya.

Bukankah Tuan Hakim suruh saya datang hari ini kerana bantuan yang Tuan janjikan iru ? Kata ibu itu.

"Bantuan yang aku janjikan ? Eh... aku tak pernah berjanji kepada sesiapa pun." Kata tuan hakim dengan nada sombong.

"Bukankah saya yang datang kelmarin dengan anak-anak dan Tuan hakim menyuruh...."

Belum sempat ibu itu menghabiskan bicaranya untuk mengingatkan tuan hakim tentang janjinya, tiba-tiba tuan hakim dengan nada keras dan suaranya yang tinggi memerintah pengawalnya.

"Hei pengawal ! Halau perempuan ini dari sini."

"Wahai Tuan hakim! kenapakah tuan bersikap zalim begini ?" Kata ibu dengan marah.

"Ah.... pergi saja dari sini, jangan bising-bising, buang masa saja." Perintah Tuan hakim.

Dengan penuh perasaan malu, ibu itu keluar dari pejabat tuan hakim sambil menahan tangisannya. Dia tidak mahu menunjukkan dirinya rendah dan hina seperti seorang pengemis yang sudah tidak punya pendirian lagi. Dia tahu dirinya dari keturunan mulia, dari anak cucu Rasulullah Sallallahu `alaihi wasallam yang mesti menjaga harga diri. 

Ibu itu cepat-cepat meninggalkan tempat itu dengan fikirannya yang berkecemuk memikirkan nasib malang yang menimpa dirinya.

"Apa yang akan aku katakan kepada anak-anakku yang sedang menunggu di rumah ? Aku katakan tuan hakim itu telah memungkiri janjinya ? Manalah anak-anak kecil itu tahu alasan-alasan seperti itu. " Bisik ibu itu di dalam hatinya.

Dia kemudian memesongkan kakinya ke haluan jalan di mana terdapat sederetan rumah-rumah buruk yang sudah tidak berpenghuni lagi dan duduk di salah satu anak tangga di situ. Dia terus menangis sekuat-kuat hatinya sambil mengeluh : "Wahai Tuhanku! Apa yang akan aku katakan kepada anak-anakku yang sedang menunggu? Aku tidak sanggup lagi melihat mereka menangis kerana kelaparan. Aku tidak dapat menipu mereka lagi dengan alasan-alasan yang tidak benar ! Tuhanku ! Berilah aku jalan keluar daripada kesempitan ini! Aku sendiri pun sudah tidak larat lagi menanggungnya, apatah lagi anak-anakku yang kecil yang belum tahu apa-apa pun!" Ibu itu mengadu kepada Allah.

Ibu itu terus menangis dan merintih mengenangkan kesempitan hidupnya yang selalu sangat di dalam kelaparan dan dipandang hina oleh masyarakat setempat.

Sedang dia menangis tiba-tiba lalu dihadapannya dua orang pemuda yang kebetulan tadi 
sempat mendengar keluhan dan tangisannya, lalu menegur. 

"Wahai ibu, jangan takut.... kenapa ibu menangis di sini ? "Tanya pemuda itu.

"Wahai orang muda, kamu siapa ? Dan kenapa kamu datang ke sini ? "Ujar ibu itu pula sambil mengesatkan airmata dengan tangannya. 

"Nama saya Saiduq, berbangsa Nasrani dan beragama Masihi. Semua orang kenal saya di sini, dan ini pengawal saya. "Kata pemuda itu sambil menunjukkan pengawalnya. 

"Saiduq, saudagar Nasrani yang kaya raya itu ke ? "Tanya ibu itu yang pernah mendengar cerita tentang kekayaan Saiduq sebelum ini. 

Kenapa ibu menangis di sini ? "Tanya Saiduq tanpa menghiraukan pertanyaan ibu itu.
Tak ada apa-apa. "Jawab ibu itu cuba menyembunyikan. 

"Tak ada apa-apa takkan menangis ? Cuba ceritakan ! "Desak Saiduq lagi.

Setelah didesak berkali-kali akhirnya ibu itu pun menceritakan nasibnya yang malang itu dan bagaimana dia hidup menderita kesusahan menanggung tiga orang anaknya yang masih kecil. 

Diceritakan juga apa yang berlaku di antaranya dengan tuan hakim yang sombong itu.
"Saya faham, ibu jangan menangis lagi ! "kata Saiduq.

Kemudian Saiduq menyuruh perempuan itu kembali dulu ke rumah dan menunggu bantuan yang akan dikirimkan kepadanya lalu memanggil pengawalnya dan berkata :

"Pengawal ! Berikan perempuan itu seribu dinar (nilai yang sangat tinggi waktu itu). Kemudian belikan dia dan anak-anaknya pakaian dan segala keperluan rumahnya sekarang juga! "Perintah Saiduq. 

Ibu itu terkejut melihat seorang Nasrani yang begitu murah hati terhadap orang yang susah dan menderita sepertinya. Dia tidak dapat mengatakan betapa terima kasihnya terhadap orang yang bertimbang rasa itu. Meskipun dia bukan seorang muslim, namun dia tetap seorang manusia yang mempunyai perasaan terhadap insan yang lain.

Orang suruhan Saiduq itu segera pergi ke pasar untuk membeli makanan, buah-buahan dan segala keperluan dapur yang diperlukan oleh sebuah rumah, di samping pakaian untuk ibu dan anak-anaknya. Kesemuanya disampaikannya pada hari itu juga. 

Anak-anaknya bergembira melihat barang-barang yang belum pernah dilihatnya seumur hidup. Ibu itu juga turut gembira, dan mulai hari itu dia tidak menangis lagi. Dalam tangannya sudah ada serbu dinar yang cukup untuk menjamin hidupnya dua atau tiga tahun lagi.

"Sampaikan salam ku kepada Saiduq serta ucapan terima kasih banyak kepadanya", kata ibu itu kepada pengawal tersebut.

Kemudian ibu itu pun berdoa kepada Allah: "Ya Allah ! Ya Tuhanku ! Berikanlah si Saiduq itu taufiq dan hidayat untuk memeluk Islam, dan berikanlah dia daripada kenikmatanMu di syurga!" 

Sementara itu pada suatu malam tuan hakim yang sombong itu telah bermimpi melihat seolah-olah dia sedang berada di Hari Kiamat. Manusia terlalu sibuk waktu itu, masing-masing mencari perlindungan mengikut amalan di dunia. Tuan hakim dibawa malaikat menuju ke syurga. Kemudian di dalam syurga itu dia dibawa masuk ke dalam sebuah gedung besar yang tinggi, indah permai penuh dengan ukiran mas merah, tingkapnya daripada mutiara putih yang berkilau-kilauan. Di suatu tingkap di situ berdiri sekumpulan bidadari yang bercahaya lebih terang daripada cahaya matahari, dan lebih menarik dan cantik daripada cahaya bulan.

Apabila tuan hakim tiba disitu, semua bidadari itu bertempik di mukanya: "Orang yang tidak tahu diuntung ! Orang yang dalam kerugian ! Dulu kami semua adalah kepunyaanmu, dan gedung ini pula adalah milikmu. Tetapi sekarang sudah bertukar, alangkah malangnya nasibmu. Semuanya ini, termasuk kami bidadari akan menjadi hak milik Saiduq, seorang berbangsa Nasrani itu. Sekarang pergi dari sini, kami bukan hak milik kamu lagi. Tempat yang layak bagi kamu adalah neraka." Kata suara tempikan yang sangat dahsyat. 

Kemudian tuan hakim itu dibawa pula ke dalam neraka, dan ditunjukkan tempatnya di situ. Pada saat itulah tuan hakim itu tersedar daripada mimpinya. Dia terperanjat dan merasa takut sekali. Dia tidak dapat tidur pada malam itu sampai ke pagi memikirkan mimpinya yang menakutkan itu. 

Pada keesokan paginya, tuan hakim bergegas ke rumah Saiduq. Saiduq berbangga kerana tuan hakim datang ke rumahnya. 

Tuan Hakim masuk ke dalam rumahnya lalu bertanya: "Ada apa-apa tak kebaikan yang kau lakukan semalam? "Tanya tuan hakim. 

"Saya memang suka membuat kebaikan," jawabnya. Kebaikan yang macam mana?
Tanya Saiduq kembali. 

"Kebaikan apa saja, cuba terangkan!" 

"Malam tadi saya menjamu kawan-kawan minum arak, dan saya minum lebih sedikit, maka saya mabuk, saya tidak ingat apa-apa." Saiduq memberitahu tuan hakim. 

"Aku tidak mahu tahu dosa yang kau buat itu, yang aku maksudkan kebaikan apa yang kau buat untuk orang lain, cuba ingat," tuan hakim naik darah. 

Setelah diingati betul-betul maka teringatlah Saiduq bahawa beberapa hari yang lalu dia telah menolong seorang perempuan dan anak-anaknya yang di dalam kesusahan dan kelaparan. 

"Barangkali kebaikan yang aku lakukan terhadap seorang perempuan yang mempunyai tiga anak kecil jika tidak salah aku! "terang Saiduq. 

"Ya...ya, itulah dia "pintas tuan hakim tidak sabar. "Apa yang kau berikan kepadanya ?" 

"Apakah salah, jika aku berikan sesuatu kepadanya ? "Tanya Saiduq lagi. 

"Bukan begitu, tetapi aku hendak tahu, apa yang kau berikan kepadanya, dan bagaimana kau boleh bertemu dengannya", kata tuan hakim lagi. 

"Oh.... begitu ! Baiklah, mula-mula saya jumpa perempuan itu di deretan rumah-rumah yang roboh sambil menangis. Saya kasihan kepadanya, tanpa diminta saya berikan makanan, pakaian dan segala keperluannya serta anak-anaknya,"kata Saiduq sungguh-sungguh. 

"Itu sajakah yang kau beri? "Tanya tuan hakim lagi. 

"Ada lagi, "Jawab Saiduq. 

"Apa dia? "Tanya tuan hakim memaksa. 

"Saya beri dia seribu dinar untuk keperluan hidupnya. Saya berikan itu kerana Allah, saya kasihan kepadanya dan anak-anaknya,"Saiduq cerita kesemuanya.

Tuan hakim termenung sebentar kerana mengenangkan peristiwa yang berlaku antaranya dengan perempuan itu sebelum ini. Dihatinya sungguh menyesal perbuatannya yang angkuh itu yang menyebabkan beliau diperlihatkan bakal kehilangan segala-galanya di akhirat kelak.

"Tapi, saya ingin tahu juga apa sebabnya tuan hakim datang ke rumah saya pagi-pagi begini semata-mata hanya hendak bertanya perkara ini ? "Tanya Saiduq menduga.

Tuan hakim masih termenung, kemudian tunduk. Pada wajahnya ternyata seperti seorang yang sedang memikirkan sesuatu dan tampak sedih sekali. 

"Begini Saiduq, malam tadi aku bermimpi yang sungguh menyedihkan. "Kata tuan hakim perlahan.

"Mimpi yang menyedihkan tuan ? "Saiduq terperanjat "Tapi apa kena mengenanya dengan diri saya? Tanyanya lagi.

Tuan hakim tidak punya pilihan lain, terpaksa menceritakan segala yang berlaku di dalam mimpinya. Dia menceritakan segala gedung dan bidadari-bidadari di syurga nanti yang asalnya menjadi miliknya telah bertukar menjadi milik Saiduq kerana semata-mata kebaikan yang dilakukan itu kepada seseorang yang memerlukannya. 

Mendengar cerita itu, gementerlah badan Saiduq dan dengan tiba-tiba dia menghulurkan tangannya kepada tuan hakim, katanya :

"Tuan hakim ! Sekarang saksikanlah ...... bahwa saya menyaksikan bahawa tiada Tuhan melainkan Allah, Yang Esa, tiada sekutu bagiNya dan bahwasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah, yang diutuskanNya membawa petunjuk dan agama yang benar." 

Tuan hakim terpaksa menyaksikan keislaman Saiduq itu dengan hatinya sedih dan menyesal atas kelakuannya yang tidak berperikemanusiaan. 

Sunday, December 9, 2012

Usahlah Ta'sub Dengan Ulama




“Mereka (Yahudi dan Nasara) menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah”[TMQ at-Taubah (9):31].

Mereka (para rahib) jika menghalalkan sesuatu maka orang ramai pun ikut menghalalkannya (yakni mengikutinya/mentaqlidnya) dan mereka jika mengharamkan sesuatu maka orang ramai pun ikut mengharamkannya maka itulah pengibadatan mereka (itulah bukti mereka menyembah para r
ahib [HR At Tirmizi & Baihaqi]

Ramai di kalangan umat Islam memilih untuk bertaqlid kepada ulama, ustaz atau figure daripada mengkaji dan cuma memahami sesuatu permasalahan hukum syarak dengan mendalam. Mungkin di kalangan orang yang tidak berupaya, orang yang kurang cerdas, maka dibolehkan malah dianjurkan untuk bertaklid kepada ulama yang diyakini keupayaan ijtihadnya (Imam-imam mazhab dalam bab ibadah dan feqah). Yang menghairankan, apabila ada yang mampu mendapat master/ PhD dalam bidang kejuruteraan, bidang sains, kedoktoran dan lain-lain displin ilmu yang kompleks, pun masih gemar memilih bertaqlid sepertimana orang yang dikatakan kurang cerdas itu.

Berbeza dengan perkara berkaitan aqidah, ia wajib dimurnikan dengan pemikiran yang utuh, bukan sekadar bertaqlid buta. Kemunduran berfikir umat Islam hari ini adalah dek kerana kemalasan mereka sendiri untuk memurnikan aqidah mereka.

Sangatlah buruk perbuatan mereka dan sebahagian besar masyarakat yang masih berpegang kepada sangkaan dan keyakinan mereka bahawa mereka benar tanpa penyelidikan, penelitian dan pengkajian bagi mensabitkan apakah selama ini mereka berada dalam kebenaran atau selama ini mereka berada dalam penipuan, kesesatan dan kesilapan. Sesungguhnya sangka-sangka mereka sangatlah tidak bermanfaat dan tidak menyelamatkan mereka sedikitpun.

Sungguh sangkaan mereka langsung tidak membawa manfaat pada mereka (dalam membawa mereka) kepada kebenaran sedikitpun" (Surah Yunus (10): 36).

Mereka menyangka, ulama figure merekalah yang sentiasa baik sekalipun terpampang jelas realiti untuk diindera. Mereka menyangka, ulama mereka tidak akan terbelit dengan penipuan syaitan jin dan manusia (atas sebab ketokohan mereka), walhal mereka tahu, jerat Iblis dan syaitan ke atas ulamalah lebih dahsyat dari jerat yang disediakan ke atas mereka yang bodoh.....

Wednesday, November 28, 2012

Wawancara Bersama Pak Ismail Yusanto (Juru bicara Hizb Tahrir Indonesia)

SIAPA DISKRIMINATIF?

Oleh : H.M. Ismail Yusanto
Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia


Demokrasi. Tampaknya kini telah menjadi kata yang penuh daya magis. Demokrasi mewarnai tiap pembicaraan tentang politik di manapun di dunia. Demokrasi dianggap sebagai system politik terbaik, setidaknya paling baik di antara yang buruk (the best among the worst).

Sedemikian rupa orang percaya pada demokrasi, seolah ia adalah pangkal dari segala kebaikan dan senjata pamungkas untuk setiap persoalan. Segala hal yang baik pastilah demokratis dan segala yang buruk pastilah tidak demokratis. Maka dari itu, semua orang merasa bahwa demokrasi harus diwujudkan secara nyata dalam semua sendi kehidupan masyarakat dan bernegara. Jadilah demokrasi menjelma bagai sebuah norma global dan buah dari semangat zaman. Menolak demokrasi sama artinya dengan menolak zaman. Benarkah begitu?

Satu topik yang paling sering ditanyakan oleh berbagai pihak, termasuk para peneliti dan pengamat, adalah sikap Hizbut Tahrir (HT) terhadap demokrasi. Mereka tahu bahwa HT menolak demokrasi, bahkan menganggap bahwa demokrasi itu sebagai sistem kufur. Bagi mereka, ini sangatlah menarik. Bagaimana tidak. Pada saat hampir seluruh negara di dunia saat ini menganut sistem demokrasi, dan semua orang, termasuk tokoh-tokoh dan
berbagai kelompok Islam, menyatakan dengan tegas bahwa demokrasi bukan hanya bisa diterima Islam, bahkan Islam adalah agama yang sepenuhnya demokratis, Hizbut Tahrir justru menyatakan demokrasi seratus delapan puluh derajat bertentangan dengan Islam.

Hal ini pula yang menarik perhatian Prof. Don Emmerson, Direktur Forum Asia Tenggara di Stanford University, Amerika Serikat, yang juga anggota Komisi Nasional Hubungan Indonesia-Amerika Serikat (the National Commission on U.S.-Indonesian Relations), dan di Amerika Serikat dianggap sebagai salah satu ahli Indonesia (Indonesianis) yang cukup terkemuka. Bersama timnya, ia melakukan penelitian mengenai hubungan antara Islam dan demokrasi, dan kesesuaian demokrasi, termasuk demokrasi liberal, dengan negara yang mayoritas Muslim seperti Indonesia. Hasil penelitian itu kemudian dikemas dalam bentuk sebuah film dokumenter. Nah, dalam rangka penelitian itulah Prof. Emmerson datang ke Indonesia, di antaranya untuk mewawancarai saya guna mengetahui pandangan HT tentang topik tadi.

Wawancara dilakukan di Hotel Shangri La, Jakarta. Tidak seperti wawancara pada umumnya yang dilakukan seadanya, wawancara dengan Prof. Emmerson ini tampak dirancang spesial. Tempatnya di sebuah paviliun bergaya Jawa yang cukup luas. Di-set-up begitu rupa, paviliun itu bagaikan sebuah studio mini dengan sekian kamera dan properti yang telah ditata secara profesional. Yang lebih istimewa, untuk wawancara ini Prof. Emmerson membawa petugas khusus: seorang Muslim, masih muda, asli Mesir, alumni al-Azhar—Mesir dan doktor pemikiran Islam dari Stanford University, yang tentu saja fasih bercakap Arab dan Inggris.

Kami duduk berhadap-hadapan. Satu kamera diletakkan di belakang kami masing¬-masing. Satu lagi yang bergerak di kiri dan kanan kami. Mungkin untuk mendapatkan gambar ekspresi wajah kami secara lebih jelas saat wawancara berlangsung. Pendek kata, kami berdua bagaikan artis film atau sinetron yang dikerubuti sekian banyak crew di bawah sorotan kamera dengan lampu yang sangat terang.

Pertanyaan yang diajukan tentu saja di seputar mengapa HT menolak demokrasi? Ketika menolak demokrasi, apakah berarti HT mendukung teokrasi? Kalau tidak, lalu sistem politik seperti apa yang dimaksud? Lalu bagaimana cara pemimpin dipilih? Kalau boleh rakyat memilih langsung, lantas di mana bedanya dengan demokrasi? Bagaimana pula nasib rakyat non-Muslim nantinya? Ada juga pertanyaan tentang terorisme, tetapi itu hanya sekilas dan tidak terlalu mendominasi keseluruhan wawancara yang berlangsung sekitar dua jam lamanya.

Alhamdulillah, wawancara berjalan lancar dan semua pertanyaan yang diajukan bisa saya jawab dengan baik meski harus dilakukan dengan pelan-pelan karena sambil berpikir untuk menemukan kata atau kalimat yang tepat dalam bahasa Inggris. Lagi pula hampir semua pertanyaan tadi masuk kategori FAQ atau frequently asked questions (pertanyaan yang berulang ditanyakan).

Saya jelaskan, bahwa HT menolak demokrasi karena inti atau substansi dari demokrasi, yakni ide kedaulatan rakyat yang perwujudannya berupa hak membuat hukum serta menentukan
benar dan salah ada pada wakil rakyat atau parlemen, itu bertentangan dengan Islam. Islam meyakini bahwa hak untuk membuat hukum, menentukan benar dan salah, menetapkan halal dan haram hanyalah pada Allah SWT. Namun, meski begitu tidak berarti HT mendukung teokrasi, karena pemimpin dalam sistem Khilafah tetaplah dipilih oleh rakyat, sedangkan dalam teokrasi pemimpin dianggap sebagai titah dari Tuhan dan can do no wrong alias maksum. Bedanya, dalam sistem Khilafah, pemimpin dipilih oleh rakyat untuk melaksanakan syariah, sedangkan dalam sistem demokrasi pemimpin dipilih untuk melaksanakan kedaulatan rakyat atau melaksanakan hukum yang telah ditetapkan oleh wakil rakyat dalam parlemen, baik dalam penetapan hukum itu mengacu pada syariah ataupun tidak. Jadi, dalam demokrasi, kalaulah ada syariah, itu hanya sebagai option (pilihan), bukan sebagai obligation (kewajiban). Padahal dalam pandangan Islam, syariah semestinya menjadi kewajiban. Kalaupun sebagai pilihan, maka syariah mestinya menjadi satu-satunya pilihan (the only option).

Wawancara berlangsung hangat. Kadang diselingi sedikit debat. Tak jarang ia tertawa dan mengangguk-angguk. Latar belakang keislamannya terlihat sangat membantu dalam ia bertanya dan mendalami tiap jawaban yang saya sampaikan. Tidak salah Prof. Emmerson memilih dia sebagai interviewer.

Wawancara terus berjalan hingga tiba pada pertanyaan tentang tentang syarat khalifah, ia bertanya, "Apakah khalifah nantinya mesti seorang Muslim?" Tentu saja saya jawab, "ya, harus." Dengan cepat ia bertanya lagi, "Kalau begitu, bukankan itu diskriminatif, karena hanya seorang Muslim saja yang bisa menjadi khalifah, sementara warga negara non-Muslim tidak bisa."

Terns terang, saya merasa agak sedikit terkejut. Belum pernah ada sebelumnya yang bertanya seperti ini, apalagi dengan kesan menyudutkan. Namun, tentu saja saya tidak boleh kaget lama-lama. Dalam waktu singkat saya harus segera menemukan jawabannya.

Saya katakan kepada dia, bahwa terkait dengan siapa yang boleh menjadi kepala negara, dalam setiap sistem politik—sistem politik apapun itu dan di negara manapun—pasti ada limitasi atau pembatasan. Dalam sistem politik Amerika Serikat, misalnya, saya memberi contoh, juga ada limitasi, bahwa presiden Amerika Serikat haruslah seorang warga negara Amerika Serikat yang lahir di Amerika Serikat. Selain itu tidak boleh (Sekadar catatan, Barack Obama, presiden AS kulit hitam pertama, lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961. Toh begitu. sempat mendapatkan resistensi dari sebagian warga negara AS. Ia dianggap kurang Amerika karena ayahnya berasal dari Kenya).

Jad,. limitasi dalam sebuah sistem politik adalah sesuatu yang wajar. Begitu juga dalam Islam, bahwa khalifah haruslah seorang Muslim. Bedanya, limitasi dalam sistem politik AS dan sistem politik di negara lain yang sejenis, itu berdasar pada sesuatu yang tidak bisa diubah. Maksudnya, tempat kelahiran kan tidak bisa diubah-ubah. Sekali Anda dilahirkan di Indonesia, misalnya, tidak mungkin diubah menjadi lahir di Amerika Serikat, sehingga selamanya Anda tidak mungkin menjadi presiden AS. Sebaliknya, limitasi dalam sistem politik Islam itu berdasar pada sesuatu yang bersifat pilihan, dan karena itu bisa diubah. Keislaman seseorang, sebagaimana juga ketidakislaman, adalah buah dari pilihan. Tiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Karena Anda non-Muslim, maka Anda tidak mungkin menjadi khalifah. Namun, begitu Anda berubah menjadi Muslim, saat itu juga Anda bisa menjadi seorang khalifah. Dengan demikian limitasi yang ditetapkan oleh Islam itu lebih rasional ketimbang sistem politik manapun yang menggunakan limitasi atas dasar primordialisme. Jadi, siapa sebenarnya yang diskriminatif?

Dia diam sesaat, sebelum akhirnya dia melanjutkan wawancara dengan pertanyaan lain.


________________________________________________________________

“Sampaikanlah walaupun hanya satu ayat”
Jika ikhwan wa akhwat fiLLAH meyakini adanya kebenaran di dalam tulisan dan fans page ini, serta ingin meraih amal shaleh, maka sampaikanlah kepada saudaramu yang lain. Bagikan (share) tulisan/gambar ini kepada teman-teman facebook yang lain dan mohon bantuannya untuk mengajak teman-teman anda sebanyak mungkin di KOMUNITAS RINDU SYARIAH & KHILAFAH, agar syiar kebaikan dapat LEBIH TERSEBAR LUAS DI BUMI INI....

fans page KOMUNITAS RINDU SYARIAH & KHILAFAH
http://www.facebook.com/SyariahKhilafah

twitter KOMUNITAS RINDU SYARIAH & KHILAFAH
https://twitter.com/spirit4khilafa

Ikhwan wa akhwat fiLLAH juga bisa mentag pada gambar ini....
________________________________________________________________

Saudaraku Kaum Muslimin yang dirahmati Allah SWT, bergabunglah bersama HIZBUT TAHRIR dan bersama kita mendakwahkan Islam, berdakwah mengajak kaum muslim hidup dalam tatananan syariah Islam dalam semua sendi kehidupan, dan berjuang agar diterapkannya Syariah Islam dan Khilafah Islamiyah, Karena Allah SWT.

Jika Saudara/i ingin bergabung, bisa melayangkan pesan berupa nama asli, alamat, dan no.telp yang bisa dihubungi pada inbox fan page serta tulis juga motivasi anda ingin memperjuangkan Syariah dan Khilafah.
________________________________________________________________

Jazaakumullah Khairan wa Syukron Katsiiran 'Alaa Husni Ihtimaamikum.
Penulis bersama Pak Ismail Yusanto pada 2011 di Khilafah Conference di Kuala Lumpur

Saturday, November 17, 2012

Himpunan Hadis dan Ayat Al Quran dalam perihal politik

Assalamualaikum warohmatullahiwabarakatuh....

Sekadar menghimpun ayat-ayat suci Al Quran yang memperkata akan perihal politik. Semoga mendapat iktibar dan manfaat.

1. "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri di antara kamu" 
[TMQ an-Nisa’(4):59]. 




2. "Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah (untuk berhukum dengan Kitabullah) dan RasulNya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebahagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah (ketidakdatangan mereka itu kerana) dalam hati mereka ada penyakit atau (kerana) mereka ragu-ragu (terhadap hukum Allah), ataukah (kerana) kerana takut kalau-kalau Allah dan RasulNya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya mereka itulah orang-orang yang zalim” [TMQ an-Nur (24):48-50]. 

3. “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang diturunkan Allah kepadamu” [TMQ al-Maidah (5):49].


4. “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, maka mereka adalah orang-orang yang kafir” [TMQ al-Ma’idah (5):44]. 


5. “Sesungguhnya menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang hak dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik”[TMQ al-An’am (6):57]. 


6. Sesungguhnya jawapan orang-orang Mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan RasulNya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, ialah ucapan ‘kami dengar dan kami taat.’ Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” [TMQ an-Nur (24):51]


7. “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah” [TMQ al-An’am (6):57]. 


8. “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedangkan kamu mengetahui” [TMQ al-Baqarah (2):42]. 


9. “Dan Kami hendak memberi kurnia (dengan memberikan pertolongan) kepada orang-orang yang tertindas di negeri itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin-pemimpin serta menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)” [TMQ al-Qasas (28):5]. 


10. “Adakah mereka ingin mencari kemuliaan di sisi mereka (orang-orang kafir) walhal semua kemuliaan itu milik Allah” [TMQ an-Nisa(4):139].

11. Telah nyata kebencian (terhadap Islam) dari mulut-mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi” [TMQ Ali Imran (3):118].


12. Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat)” [TMQ al-Mukmin (40):51].


13. “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Kitab dan kufur terhadap sebahagian. Maka tidak ada balasan bagi orang yang melakukan hal itu di antara kamu kecuali kehinaan pada kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka akan dikembalikan ke dalam azab yang amat pedih. Dan Allah tidak lalai terhadap apa yang kamu lakukan” [TMQ al-Baqarah (2):85].


14. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahawa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa…” [TMQ an-Nur (24):55]. 


15. Katakanlah (wahai Muhammad): “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin. Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik” [TMQ Surah Yusuf (12):108].


16. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (wahai Muhammad) hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sedikit keberatan pun terhadap keputusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya” [TMQ an-Nisa’ (4):65].


17. “Dialah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai saksi” [TMQ al-Fath (48):28]



18. “Wahai orang-orang yang beriman, siapa sahaja di antara kalian murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah cintai dan mereka pun mencintai Allah, yang bersikap lembut terhadap orang Mukmin dan keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela. Itulah kurnia Allah yang diberikan kepada siapa sahaja yang dikehendakinya. Allah Maha Luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui” [TMQ al-Ma’idah (5):54]. Ibnu Katsir mentafsirkan ayat ini sebagai, “Allah SWT mengkhabarkan kekuasaannya yang besar. Siapa pun yang tidak mahu menolong agama Allah dan menjalankan syariatNya, maka Allah akan menggantikan mereka dengan orang-orang yang lebih baik, lebih kuat dan lebih lurus pendiriannya daripada mereka yang sebelumnya”. FirmanNya yang lain, “Jika kalian berpaling, nescaya Dia akan mengganti kalian dengan kaum yang lain dan mereka tidak seperti kalian” [TMQ Muhammad (47):38]. “Jika Allah menghendaki, nescaya Dia akan memusnahkan kalian wahai manusia dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai ganti kalian)” [TMQ an-Nisa’ (4)133]. 



19. Mereka hanya mengetahui perkara yang zahir nyata dari kehidupan dunia sahaja, dan mereka tidak pernah ingat hendak mengambil tahu tentang hari akhirat.
[TMQ Ar Ruum (30)7]


20. Sesungguhnya Allah telah menolong kalian di medan peperangan yang banyak dan juga pada hari peperangan Hunain, iaitu di waktu kalian menjadi congkak kerana ramainya jumlah kalian. Maka jumlah yang ramai itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun dan bumi yang luas itu terasa sempit oleh kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman. Dan Allah menurunkan bala tentera yang kalian tidak melihatnya dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir. Dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang kafir” [TMQ at-Taubah (9):25-26].


21. Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (kelompok) yang mengajak pada kebajikan (Islam), memerintahkan yang makruf dan mencegah kemungkaran. Merekalah orang-orang yang beroleh kemenangan” [TMQ Ali Imran (3):104]. 


22. Berapa banyak (yang pernah terjadi), golongan yang sedikit berjaya menewaskan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah (sentiasa) bersama-sama orang-orang yang sabar” [TQM al-Baqarah (2):249]. 


23. “Dan janganlah sekali-kali kamu (wahai Muhammad) mengira bahawa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbeliak. Mereka datang bergegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepala mereka, sedang mata mereka tidak berkedip dan hati mereka kosong” [TMQ Ibrahim (14): 42].


24. “Sesungguhnya Allah memberi tempoh kepada orang-orang yang zalim sehingga Dia menyeksanya dan Dia tidak akan melepaskannya”. Kemudian baginda membaca ayat “Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azabNya itu adalah amat pedih dan keras” [TMQ Hud (11):102].



25. “Sesungguhnya Allah telah menolong kalian di medan peperangan yang banyak dan juga pada hari peperangan Hunain, iaitu di waktu kalian menjadi congkak kerana ramainya jumlah kalian. Maka jumlah yang ramai itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun dan bumi yang luas itu terasa sempit oleh kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman. Dan Allah menurunkan bala tentera yang kalian tidak melihatnya dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang kafir. Dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang kafir” [TMQ at-Taubah (9):25-26].

26. “Mereka itulah musuh (yang sebenarnya)maka berwaspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai berpaling (dari kebenaran)” [TMQ al-Munafiqun (63):4]

27. “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui” [TMQ al-Anfal (8):27]. 


28. “Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (as-Sunnah)” [TMQ an-Nisa’ (4):59]. 


29. “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian dan ketahuilah bahawa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNyalah kalian akan dikumpulkan” [TMQ al-Anfal (8):24].

30. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu (Ya Rasulullah) berlaku lemah lembut terhadap mereka (kaum Muslimin). Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerana itu maafkanlah mereka, mohonkanlah keampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka...” [TMQ Ali Imran (3):159]. 


31. “Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi RasulNya danbagi orang-orang Mukmin dan orang-orang munafik itu tidak mengetahui”[TMQ al-Munafiqun (63):8].


32. “Sesungguhnya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah ia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), kerana jalan-jalan lain itu mencerai-beraikan kalian dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepada kalian agar kalian bertakwa” [TMQ al-An’am (6):153]. 


33. “Pada saat itulah, hati seluruh kaum Mukmin akan bergembira kerana pertolongan Allah” [TMQ ar-Rum (30):4-5].


34. Demikian pula, Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umattan wasatan agar kalian menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kalian” [TMQ al-Baqarah (2):143]. 


35. “Siapa sahaja yang mendurhakai (memaksiati) Allah dan RasulNya serta melanggar hudud (ketetapan-ketetapanNya) nescaya Dia akan memasukkannya ke dalam api neraka, sedangkan ia kekal di dalamnya” [TMQ an-Nisa’ (4):14]. 


36. Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama (ideologi dan pemikiran) yang lain, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya” [TMQ at-Taubah (9):33]. 

37. Barangsiapa yang mengambil Allah, RasulNya serta orang-orang beriman sebagai penolongNya, maka sesungguhnya hizb (pengikut) (agama) Allah itulah yang pasti menang” [TMQ al-Ma’idah (5):56]. 


38. Merekalah kelompok (hizb) Allah. Ingatlah bahawa hizbullah itulah yang pasti menang” [TMQ al-Mujadilah (58):22]


39. “Mereka (Yahudi dan Nasara) menjadikan orang-orang alimdan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah”[TMQ at-Taubah (9):31].


40. “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan” [TMQ Hud (11):113].


41. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Mereka hendak berhakim kepada taghut padahal mereka telah diperintah mengingkari taghut itu dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya” [TMQ an-Nisa’ (4):60].


42. “Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerosakan di muka bumi’ mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang membuat perbaikan’. Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang membuat kerosakan tetapi mereka tidak sedar” [TMQ al-Baqarah (2):10-11]. 


43. “Di antara orang-orang Mukmin itu, ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada yang menunggu-nunggu (apa yang Allah janjikan ke atas mereka) dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)” [TMQ al-Ahzab (33):23].



44. “Di antara orang-orang Mukmin itu, ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada yang menunggu-nunggu (apa yang Allah janjikan ke atas mereka) dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)” [TMQ al-Ahzab (33):23].



45. “Terangkanlah kepadaKu tentang orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahawa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami?  Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)” [TMQ al-Furqan (25):43-44].


46. “Dan siapa sahaja yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan mereka berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” [TMQ an-Nisa’ (4):115]. 



47. “Itulah hudud (larangan) Allah, maka janganlah kamu mendekatinya” [TMQ al-Baqarah (2):187]. 


48. Itulah hudud (hukum-hukum) Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri” [TMQ at-Thalaq (65):1]. 


49. “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (zina) wanita-wanita yang baik-baik, yang tidak terlintas pun untuk melakukan perbuatan keji itu, lagi beriman, mereka dilaknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka azab yang besar” [TMQ An Nur (24):23]. 


50. Wahai orang-orang yang beriman, bahawa sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala dan mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan” [TMQ al-Ma’idah (5):90]. 


51. Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya dan membuat kerosakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya)” [TMQ Al-Mai’dah (5):33]. 


52. “Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, maka mereka adalah orang-orang yang zalim” [TMQ al-Ma’idah (5):45]. 


53. Telah nyata kerosakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan-perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [TMQ ar-Rum (30):41].


54. Orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak akan senang kepada kamu sehinggalah kamu mengikuti milah mereka” [TMQ al-Baqarah (2):120]


55. “Sesungguhnya telah Kami turunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepadamu agar engkau menghukumi di antara manusia sesuai dengan apa yang diwahyukan Allah kepadamu” [TMQ an-Nisa’ (4):105]


56. “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak beriman kepada hari akhirat, dan mereka tidak pula mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak beragama dengan agama yang benar, iaitu dari orang-orang yang diberikan Kitab (Yahudi dan Nasrani), sehingga mereka membayar jizyah dengan keadaan tunduk” [TMQ at-Taubah (9):29]


57. “Dan barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang Allah turunkan, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” [TMQ al-Ma’idah (5):47].




58. Dan (Kami juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya, ‘Mengapakah kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu syahwatmu (kepada mereka) bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas” [TMQ Al A'raf (7):80-81]. 

59. “Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu” [TMQ az-Zariyat (51):50].

60. Tidakkah engkau (hairan) melihat (wahai Muhammad) orang-orang (munafik) yang mendakwa bahawa mereka telah beriman kepada Al-Quran yang telah diturunkan kepadamu dan kepada (Kitab-kitab) yang telah diturunkan dahulu daripadamu? Mereka suka hendak berhakim kepada Taghut, padahal mereka telah diperintahkan supaya kufur ingkar kepada Taghut itu. Dan Syaitan pula sentiasa hendak menyesatkan mereka dengan kesesatan yang amat jauh.
(TMQ An Nisa 4:60)


61.  "...Dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (TQS. al-A’râf[7]: 199)

62. “Bertaqwalah kalian kepada Allah dan taatlah kepadaku. Janganlah kalian mentaati perintah orang-orang yang melampaui batas; mereka adalah para pembuat kerosakan di muka bumi dan tidak melakukan perbaikan” [TMQ asy-Syuara’(26):150-152].


63. “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khuatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” [TMQ al-Ahzab (33):72).










1. “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu (hendaklah ia mengubahnya) dengan lisannya, jika tidak mampu, dengan hatinya. Akan tetapi, yang demikian itu (dengan hati) adalah selemah-lemahnya iman” [HR Muslim]. 


2. Penghulu syuhada’ adalah Hamzah bin Abdul Mutallib dan orang-orang yang berdiri di hadapan penguasa yang zalim, memerintahkannya kepada kemakrufan dan melarangnya dari kemungkaran, kemudian dia (pemimpin tersebut) membunuhnya” [HR Hakim].


3. “Jihad yang paling agung adalah menyatakan kalimat yang hak di hadapan penguasa yang jahat/zalim” [HR Abu Daud].


“4. Adapun mereka (Yahudi dan Nasara) tidak menyembah (sujud) kepara orang-orang alim dan rahib-rahib mereka, akan tetapi jika orang-orang alim dan rahib-rahib itu menghalalkan sesuatu untuk mereka, maka mereka pun menghalalkannya dan jika orang-orang alim dan para rahib itu mengharamkan sesuatu atas mereka maka mereka pun mengharamkannya, inilah yang dikatakan menjadikannya Tuhan”[HR at-Tirmidzi]. 


5. “Tidak halal bagi tiga orang yang berada di muka bumi kecuali melantik seorang ketua di kalangan mereka” [HR Abu Daud].


6. “Ketahuilah bahawa roda Islam itu akan terus berputar, maka ikutilah roda Islam itu di mana sahaja ia berputar. Ketahuilah bahawa Al-Quran dan kekuasaan akan berpisah, maka janganlah kamu berpisah daripada Al-Quran. Ketahuilah bahawasanya kamu akan dikuasai oleh para penguasa yang memutuskan perkara hanya untuk kepentingan mereka sahaja dan bukan untuk kepentingan kamu. Jika kamu mengingkari perintah mereka, maka mereka akan membunuhmu dan jika kamu mematuhi mereka, maka mereka akan menyesatkan kamu. ‘Para sahabat bertanya, ‘Apa yang harus kami lakukan wahai Rasulullah?’ Jawab Nabi SAW, ‘Lakukanlah seperti para sahabat Isa bin Maryam as. Mereka telah digergaji dengan gergaji dan digantung di atas kayu (salib). Sesungguhnya mati kerana mentaati Allah adalah lebih baik daripada hidup dengan melakukan maksiat kepada Allah.” [HR At Tabrani]


7. “Daripada Abu Hurairah ra, ia berkata, Nabi saw bersabda: 'Sesungguhnya Imam/Khalifah itu adalah perisai. Di belakangnya umat berperang dan dengannya  umat berlindung. Apabila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun apabila ia memerintah dengan selain daripadanya, maka ia akan mendapat akibatnya.” [HR Muslim] 


8. “Islam pasti mencapai wilayah yang diliputi oleh siang dan malam. Allah tidak akan membiarkan rumah yang megah mahupun sederhana melainkan akan memasukkan agama ini (Islam) ke dalamnya dengan memuliakan orang-orang yang mulia dan menghinakan orang-orang yang hina; mulia kerana Allah memuliakannya dengan Islam; hina kerana Allah menghinakannya dengan kekafiran” [HR Ahmad].


9. “Tidak akan terjadi Kiamat hingga kaum Muslimin memerangi Yahudi sehingga kaum Yahudi itu bersembunyi di balik batu-batu dan pohon-pohon. Lalu batu dan pohon itu berseru, ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini ada orang Yahudi bersembunyi di belakangku, ke mari dan bunuhlah dia” [HR Muslim]


10. “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada.  Lalu  Dia mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada zaman Khilafah Ala Minhaj Nubuwwah; ia tetap ada atas izin Allah.  Lalu Dia mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada zaman Mulkan Adhan (kerajaan yang menggigit); ia tetap ada atas izin Allah.  Lalu  Dia mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada Mulkan Jabariyah (pemerintahan diktator); ia tetap ada atas izin Allah. Lalu  Dia mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan kembali zaman Khilafah Ala Minhaj Nubuwwah. Kemudian baginda diam” [HR Ahmad].


11. “Sesungguhnya Allah telah menampakkan (seluruh) bumi di hadapanku, sehingga aku (dapat) menyaksikan bahagian-bahagian timur dan baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan menjangkau bahagian-bahagian bumi yang ditampakkan kepadaku” [HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah dari Tsauban ra]


12. “Kota manakah yang akan dibebaskan (oleh kaum Muslimin) terlebih dahulu, Constantinople atau Rom? Nabi SAW menjawab, ‘Kotanya Hiraklius (Constantinople) yang akan dibuka lebih dahulu”. [HR Ahmad]


13. “Tidak selayaknya seorang Mukmin itu dipatuk dari lubang yang sama dua kali” [HRBukhari& Muslim].

14. "Adapun sinar pertama, denganya Allah akan menaklukkan Yaman untukku. Adapun sinar kedua, dengannya Allah akan menaklukkan Syam dan Negeri-negeri Barat untukku. Sedang sinar yang ketiga, denganyya Allah akan menaklukkan negeri-negeri timur untukku"[HR Ibn Hisyam]


15. Sesiapa yang mendapatkan keredhaan manusia dengan kemurkaan Allah maka Allah akan meninggalkannya kepada manusia (tidak membantunya) dan sesiapa yang mencari keredhaan Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan mencukupkan keperluannya”[Dikeluarkan oleh Tarmizi dan Abu Na’im di dalam Al-Haliyah dari Aisyah].


16. Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Kalian berlindung dan berperang di belakangnya” [Dikeluarkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah].


17. “Sesiapa sahaja yang melepaskan dirinya dari ketaatan (kepada Khalifah) maka dia akan bertemu dengan Allah di hari kiamat tanpa hujjah. Sesiapa sahaja yang mati tanpa bai’ah di lehernya maka dia mati dalam keadaan jahiliyyah” [Dikeluarkan oleh Muslim dari Abdullah bin Umar]. 


18. “Dahulu, Bani Israel dipimpin dan dipelihara urusannya oleh para Nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, digantikan dengan Nabi yang lain. Sesungguhnya tidak akan ada Nabi sesudahku. (tetapi) nanti akan ada ramai Khalifah’. Para sahabat bertanya: ‘Apakah yang engkau perintahkan kepada kami?’ Baginda menjawab: ‘Penuhilahbai’at yang pertama dan yang pertama itu sahaja”  [Dikeluarkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah]. 


19. “Sudah hampir tiba suatu zaman di mana tidak tinggal lagi daripada Islam ini kecuali hanya namanya dan tidak tinggal daripada Al-Quran itu kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka tersergam indah, tetapi ia roboh daripada petunjuk. Ulama yang ada adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah naungan langit. Dari mereka berpunca fitnah dan kepada mereka fitnah ini akan kembali” [HR al-Baihaqi].

20. “Sesungguhnya seorang lelaki dari Bani Aslam datang kepada Nabi SAW sedangkan baginda berada di dalam masjid. Kemudian lelaki itu mengaku bahawa dia telah berzina. Maka baginda memalingkan darinya dan menjauhinya. Lalu lelaki itu pun bersaksi sebanyak 4 kali (bahawa ia telah berzina). Kemudian Nabi SAW memanggilnya dan bersabda, ‘apakah engkau gila/mempunyai penyakit gila? Apakah engkau seorang muhsan (telah berkahwin)?’ Dia menjawab, ‘Ya’. Lalu baginda memerintahkan agar dia dirajam…” [HR Bukhari]. 


21. Akan tiba satu masa di mana ilmu itu akan hilang.’ Ziyad berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana ilmu boleh hilang sedangkan kita membaca Al-Quran dan mengajarkannya kepada anak-anak kita dan anak-anak kita membaca Al-Quran dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka sehinggalah hari Kiamat.’ Baginda menjawab, ‘Wahai Ziyad, semoga ibumumenangisimu, aku kira engkau adalah orang yang sangat memahami agama di Madinah. Adakah engkau tidak melihat bahawa orang-orang Yahudi dan Nasara juga membaca Taurat dan Injil, tetapi mereka langsung tidak mengamalkan isinya?” [HR Ahmad, Ibnu Majah, Tarmizi].

22. “Sesungguhnya Allah mengangkat kedudukan satu kaum dengan kitab ini (Al-Quran) dan merendahkan kedudukan satu kaum yang lain (dengan al-Quran)" [HR Muslim]. 


23. Ingatlah bahawa pusat kepada Islam itu adalah di Syam” [HR at-Thabrani dalam al-Kabeer daripada Salamah bin Nufail]. 


24. “Sesungguhnya pusat negara kaum Mukmin itu di Syam” [HR Ahmad] 



25. “Demi Allah, wahai bapa saudaraku, andaikata mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara ini (dakwah Islam), sungguh aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan aku atau aku mati kerananya!”  [HR Baihaqi] 

26. Bahawa seorang lelaki mengaku di hadapan Rasulullah yang dia telah berzina. Kemudian baginda memerintahkan supaya lelaki tersebut disebat sebagai had kepadanya, tetapi kemudian didapati bahawa lelaki tersebut adalah muhsan, maka baginda pun merejamnya” [HR Abu Daud]. 
27. Dari Anas bin Malik ra “Bahawa Rasulullah SAW memukul (para peminum khamar) sebanyak 40 kali dengan pelepah kurma dan sandal” [HR Bukhari]. 

28. Barangsiapa menukar agamanya (murtad), maka bunuhlah dia” [HR Bukhari].

29. “Bukan dari kalangan kami orang yang menyeru kepada assabiyyah, orang yang berperang kerana assabiyyah dan mati kerana (mempertahankan) assabiyyah” [HR Abu Dawud].

30. “Allah menjamin orang orang yang berjihad dijalanNya, dia tidak keluar dari rumahnya kecuali untuk berjihad dijalanNya dan membenarkan kalimatNya bahawa Dia akan memasukkannya ke dalam syurga, atau mengembalikannya ke tempat tinggalnya yang dia keluar darinya dengan membawa pahala dan ghanimah yang didapatkannya......Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada ditanganNya, sungguh aku ingin terbunuh dijalan Allah, lalu aku hidup lalu terbunuh, lalu aku hidup lalu terbunuh, lalu aku hidup lalu aku terbunuh” [HR Bukhari & Muslim].

31. Tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam (perkara) memaksiati Allah” [HR Ahmad]. 

32.  “Sampaikan dariku walaupun satu ayat” [HR Bukhari]

33. “Sesungguhnya Allah telah menampakkan (seluruh) bumi di hadapanku, sehingga aku (dapat) menyaksikan bahagian-bahagian timur dan baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan umatku akan menjangkau bahagian-bahagian bumi yang ditampakkan kepadaku” [HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah dari Tsauban ra].

34. “Manusia itu bersyarikat (bersekutu) dalam tiga perkara (iaitu) air, padang ragut dan api” [HR Abu Daud & Ahmad]. 

35. “Barangsiapa membunuh seorang mu’ahid (kafir yang mendapatkan jaminan keamanan) tanpa alasan yang hak, maka ia tidak akan mencium wangi syurga, walaupun dari jarak empat puluh tahun perjalanan sekali pun” [HR Ahmad]

36. “Dikatakan, wahai Rasulullah, apakah kami harus memerangi mereka dengan pedang? Rasulullah menjawab, ‘Tidak, selama mana mereka mendirikan solat (menegakkan hukum Islam) di antara kamu” [HR Muslim]. 

37. 
Daripada Huzaifah daripada Nabi SAW, Baginda bersabda : "Bahawasanya akan wujud (akan datang) para pemerintah yang berbohong dan berlaku zalim. Barangsiapa yang membenarkan pembohongan mereka dan membantu atas kezaliman mereka, maka (mereka) bukan daripada (golongan) kami dan aku bukan daripada (golongan) mereka, dan dia tidak akan menemuiku di haudh minum (telaga kauthar di akhirat kelak). (Sebaliknya) sesiapa yang tidak membenarkan pembohongan mereka dan tidak membantu atas kezaliman mereka, maka dia daripada (golongan) ku dan aku daripada (golongan) nya dan dia akan bertemuku di haudh" minum bersamaku di telaga khautsar. (Riwayat Imam Ahmad dalam musnadnya)


38. Sungguh kalian akan mengikuti jejak langkah orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, hingga apabila mereka memasuki lubang dhab (biawak), nescaya kalian mengikutinya. Para sahabat bertanya, apakah maksudnya orang-orang (yang diikuti itu) Yahudi dan Nasrani? Beliau berkata: siapa lagi kalau bukan mereka" [HR. Bukhari Muslim].

39. 
“Akan datang kepada umatku suatu zaman di mana orang yang berpegang kepada agamanya laksana menggenggam bara api” [HR Tirmizi].


40. Islam mula tersebar dalam keadaan asing dan ia akan kembali asing. Maka beruntanglah orang-orang yang asing” [HR Muslim].


41.  "Daripada Tsauban Radiallahu ‘Anhu berkata: Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam  bersabda: "Hampir tiba suatu masa di mana bangsa-bangsa dan seluruh dunia akan datang mengerumuni kamu bagaikan orang-orang yang hendak makan mengerumuni talam hidangan mereka". Maka salah seorang sahabat bertanya "Apakah dari kerana kami sedikit pada hari itu?" Nabi menjawab, "Bahkan kamu pada hari itu banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di waktu banjir, dan Allah akan mencabut rasa gerun terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan mencampakkan ke dalam hati kamu penyakit 'wahan'”. Seorang sahabat bertanya, "Apakah wahan itu hai Rasulullah?" Nabi kita menjawab, "Cinta pada dunia dan takut pada mati". [HR Abu Dawud]


42. Orang yang memungut cukai tidak akan masuk syurga.” [HR Ahmad, Abu Dawud dan Al-Hakim].


43. Sesungguhnya pemungut cukai itu berada dalam neraka” [HR Ahmad]


44. “Sekiranya kamu menjumpai pemungut ’usyur (cukai yang dipungut di sempadan antara negara Islam dan negara kufur), maka bunuhlah dia” [Musnad, Imam Ahmad bin Hambal]


45. “Kaum Muslimin bersyarikat (berkongsi) dalam tiga perkara iaitu air, padang ragut dan api” [HR Abu Daud]


46. “Tiga hal yang tidak akan pernah dilarang (dari manusia memanfaatkannya) adalah air, padang ragut dan api” [HR Ibnu Majah].


47. “Tangan dipotong bagi kecurian suku (satu per empat) dinar atau lebih. [HR Bukhari] 


48. Setelah Islam datang, Rasululllah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam mengakui (men-taqrir) berbagai muamalat yang menggunakan dinar Romawi dan dirham Parsi. Taqrir (pengakuan) dari Rasulullah inilah yang telah memperjelaskan kepada kita bahawa inilah sistem matawang Islam dan sekaligus menjadi hukum syara’ tentang kewajiban penerapannya. Sehubungan dengan dinar dan dirham ini, Rasulullah juga telah mengakui standard timbangan yang wujud pada waktu itu hendaklah diukur dengan menimbang berat dinar dan dirham. Tentang ini Rasulullah bersabda,

 Takaran adalah takaran penduduk Madinah dan timbangan adalah timbangan penduduk Makkah
[HR Abu Daud, an-Nasa’i, al-Baihaqi]

49. Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyalahu ‘anhu beliau berkata : “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk agar jangan sampai menimpaku” Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan(Islam) ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?” Beliau berkata : “Ya” Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?” Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”. Aku bertanya : “Apa asapnya itu ?” Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya” Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?” Beliau menjawab :”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, sebutkan cirri-ciri mereka kepada kami ?” Beliau menjawab: “Mereka dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita(Bahasa Arab)” Aku bertanya : “Apa yang anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini” Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka” Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak imam dan jama’ah kaum muslimin?” Beliau menjawab: ”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu” [HR Bukhari, Muslim, Ahmad & Ibnu Majah]

50Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah saw., bagaimana pendapatmu tentang seorang yang mencintai suatu kaum tapi tidak mampu menyusul (amal shaleh) mereka?” Maka Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang akan bersama orang yang dicintainya.” [HR Bukhari dan Muslim]

51. 
"Sentiasa ada satu golongan daripada kalangan umatku yang menzahirkan kebenaran, tidak akan memberi mudarat kepada mereka orang yang meninggalkan mereka sehingga datang hari kiamat dan mereka dalam keadaan tersebut". (Riwayat Muslim)


52. Rasulullah s.a.w bersabda kepada Ibnu Hawalah "Wahai Ibnu Hawalah, Jika Engkau melihat KHILAFAH telah kembali ke Tanah Suci (Jerusalem), maka saat goncangan, bencana dan kejadian-kejadian besar akan sampai, dan waktu (kiamat) itu, lebih dekat dengan manusia daripada dekatnya antara tanganku dengan kepalamu. (HR Abu Dawud, disahihkan oleh Al-Albani)



53. “Wahai manusia! Sesungguhnya binasa orang yang terdahulu daripada kamu kerana mereka itu apabila seorang bangsawan dalam kalangan mereka mencuri, dia dibiarkan. Apabila seorang yang lemah dalam kalangan mereka mencuri, dilaksanakan hukum ke atasnya. Demi Allah! Jika Fatimah anak Muhammad (puteri Rasulullah) itu mencuri, nescaya ku potong tangannya” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)


54. Sungguh mengkagumkan urusan orang yang beriman, kerana seluruh urusannya merupakan kebaikan baginya. Jika mendapat kesenangan ia bersyukur, maka syukur adalah kebaikan baginya. Jika ditimpa kesulitan ia bersabar, maka sabar itu merupakan kebaikan baginya. Hal seperti ini tidak akan didapati pada seseorang kecuali orang yang beriman [HR Muslim]


55. Sesungguhnya Rasulullah saw di sebahagian waktunya ketika perang, baginda menunggu hingga matahari condong ke barat, kemudian baginda berdiri di hadapan kaum muslimin dan berkata, wahai manusia, janganlah kalian berharap untuk bertemu dengan musuh, dan mintalah keselamatan dari Allah. Tapi, jika kalian bertemu dengan musuh, maka bersabarlah. Dan ketahuilah, syurga ada di bawah bayang-bayang pedang. Kemudian baginda berdoa "ya Allah, zat yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan dan menghancurkan musuh, hancurkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengalahkan mereka". [HR Bukhari dan Muslim]


56. “Barangsiapa (bangun) di pagi hari dan perhatiannya kepada selain Allah, maka Allah akan berlepas diri dari orang itu. Dan barang siapa (bangun) di pagi hari tidak memperhatikan urusan kaum Muslimin, maka dia tidak termasuk dari mereka (kaum Muslimin)” [HR Hakim]. 



57. “Sesiapa yang memanggil orang lain dengan ‘kafir’ atau ‘musuh Allah’ sedang dia tidak begitu, maka tuduhan itu kembali kepadanya (penuduh)”. [Riwayat al-Bukhari dan Muslim]


58. Allah menerangi orang yang mendengar perkataanku (hadis), kemudian ia menyedarinya, menjaganya dan menyampaikannya. Terkadang ada orang yang membawa pengetahuan kepada orang yang lebih tahu darinya. Ada 3 perkara yang menyebabkan hati seorang muslim tidak dirasuki sifat hasad dengki iaitu; ikhlas beramal kerana Allah, MENASIHATI PARA PEMIMPIN KAUM MUSLIMIN, dan SENTIASA ADA DALAM JAMAAH AL MUSLIMIN. Kerana dakwah akan menyelimuti dari belakang mereka.... [HR at Tirmizi] dinukil oleh Imam As Syafie dalam ar Risalah.




59.  Daripada Abdullah ibnu Umar: "Wahai kaum Muhajirin! Ada 5 perkara di mana jika telah menimpa kamu maka tiada lagi kebaikan bagi kamu. Dan aku berlindung dengan Allah S.W.T agar kamu tidak menemui zaman itu. 5 perkara itu ialah:  [1] Tidak bermaharajalela perbuatan zina pada suatu kaum sehingga mereka berani secara terang-terang melakukannya melainkan akan ditimpa penyakit Taun yang merebak dengan cepat dan mereka akan ditimpa penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa umat-umat yang lain. [2] Tiada mereka mengurangi sukatan atau timbangan melainkan mereka akan diuji dengan kemarau panjang dan kesulitan dalam mencari rezeki serta berhadapan dengan kezaliman daripada kalangan pemimpin mereka. [3] Dan tidak menahan mereka akan zakat harta benda melainkan ditahan juga untuk mereka air hujan dari langit. Jika tiada binatang yang hidup di muka bumi ini nescaya mereka tidak diberikan hujan oleh Allah S.W.T. [4] Dan tiada mereka menyalahi akan janji Allah S.W.T dan rasulNya melainkan Allah S.W.T akan menurunkan kepada mereka musuh yang akan merampas sebahagian daripada apa yang ada di tangan mereka. [5] Dan apabila pemimpin-pemimpin mereka tidak melaksanakan hukum Allah S.W.T  yang terkandung dalam al-Quran dan tidak mahu menjadikannya sebagai pilihan utama maka Allah S.W.T akan menjadikan bencana di kalangan mereka sendiri" [HR Ibn Majah]

60.  "Janganlah kerana takut kepada manusia menyebabkan engkau takut bercakap perkara yang benar apabila engkau tahu dan melihatnya. Maka sesungguhnya bercakap benar itu tidak memendekkan umur dan mengurangkan rezeki bila bercakap benar atau menyebut perkara yang besar" [HR Ahmad]

61. "Ya Allah! Jangan Engkau ketemukan aku dengan suatu masa atau mudah-mudahan kamu wahai para sahabat tidak akan bertemu dengan suatu masa di mana orang alim sudah tidak diikut lagi dan orang yang berbudi pekerti tidak disegani lagi. Hati mereka seperti orang ‘ajam(pada fasiknya) dan lidah mereka seperti orang arab (pada  fasihnya)". [HR Ahmad]

62. “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Dan pada waktu itu orang yang berdusta dikatakan benar, dan orang yang benar dikatakan berdusta. Orang khianat akan disuruh memegang amanah, dan orang yang amanah dikatakan pengkhianat. Dan yang berpeluang bercakap hanyalah golongan ‘Ruwaibidhah’. Sahabat bertanya, ‘Apakah Ruwaibidhah wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang bodoh yang bercakap mengenai urusan orang ramai” [HR Ahmad].

63.“Seseorang yang ditetapkan Allah (dalam kedudukan) mengurus umat dan dia tidak memberikan nasihat kepada mereka (umat), dia tidak akan mencium bau syurga.” [HR Bukhari]

64. “Seseorang yang memimpin kaum Muslimin dan dia mati sedangkan dia menipu mereka (umat) maka Allah akan mengharamkannya masuk syurga.” [HR Bukhari & Muslim]

65. “Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” [HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah [273] as-Syamilah].

66. “Akan berlaku selepas peninggalanku nanti para pemimpin yang tidak mengikut petunjukku, tidak mengikut sunahku dengan panduan sunahku. Akan muncul pula di kalangan kamu orang-orang yang hatinya adalah hati syaitan (fasik). Aku (Huzaifah) bertanya: Apakah harus aku lakukan jika aku menemuinya? Baginda bersabda: Hendaklah kamu mendengar dan taat kepada pemimpin walaupun dia memukul punggungmu dan merampas harta-bendamu”. [Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim].

67.  DariJabir bin Abdullah, ia berkata; Rasulullah saw bersabda:

"Janganlah kamu mempelajari ilmu untuk membanggakan diri dengan ulama atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh.Dan jangan pula kamu memilih-milih majlis dengan ilmu itu. Siapasaja yang melakukan hal itu, maka neraka, nerakalah baginya". (HR.Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya, al-Hâkim dalam kitabShahih-nya. Hadits ini telah disetujui oleh adz-Dzahabi Ibnu Majah, al-Baihaqi, dan Ibnu Abdil Bar dalam Jami’Bayan al-Ilmi wa Fadhlihi)

68.  Aku wasiatkan hendaklah kalian bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat kendati kalian diperintah oleh seorang budak, karena orang-orang yang hidup sepeninggal kalian akan melihat pertentangan yang banyak. Maka, hendaklah kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para khulafaur-rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku. Gigit (pegang erat) sunnah tersebut dengan gigi geraham. Tinggalkanlah hal-hal yang baru, karena setiap bid’ah adalah sesat”

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4607; At-Tirmidzi no. 2676; Ahmad 4/126-127; Ad-Darimi 1/44; Ibnu Majah no. 43,44; Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah no. 27; Ath-Thahawi dalam Syarh Musykilil-Atsar 2/69; Al-Baghawi no. 102; Al-Ajjuri dalam Asy-Syari’ah hal. 46; Al-Baihaqi 6/541; Al-Lalika’i dalam Ushulul-I’tiqad no. 81; Al-Marwadzi dalam As-Sunnah no. 69-72; Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 5/220, 10/115; dan Al-Hakim 1/95-97]

69. : "Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka” (HR. Tirmidzi no. 2951. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan).

70. Dari Abu Najih, Al ‘Irbad bin Sariyah”Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat airmata bercucuran”. kami bertanya ,”Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya (meninggal), maka berilah kami wasiat” Rasulullah bersabda, “Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Alloh yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya (budak). Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus (mendapat petunjuk) dan berpeganglah kamu dengan kepada sunnah-sunnah itu dengan kuat. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat.” [HR. Abu Daud dan At Tirmidzi]

71. “Sebaik-baik pemimpin bagi kamu adalah orang-orang yang kamu semua cintai dan mereka pun mencintai kamu semua, juga yang kamu semua mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kamu semua.

Adapun seburuk-buruk pemimpin di antara kamu ialah orang-orang yang kamu membenci mereka dan mereka pun membenci kamu semua, juga yang engkau semua melaknat mereka dan mereka pun melaknat kamu semua.” [Hadis Riwayat Muslim, 9/403, no. 3447]

72. Daripada Ubai bin Ka’ab bahawa dia mendengar seorang lelaki berkata: “Hai keluarga si fulan!”. Lantas Ubai berkata kepada lelaki tersebut: “Gigitlah kemaluan bapamu!”. Ubai mencelanya terang-terangan tanpa menggunakan bahasa kiasan (sindiran). Lelaki tersebut berkata kepadanya: “Wahai Abul Munzir (kun-yah Ubai), engkau bukanlah orang yang gemar berkata keji”. Ubai berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa berbangga-bangga dengan slogan jahiliyah maka suruhlah dia menggigit kemaluan ayahnya dan tidak usah memakai bahasa kiasan terhadapnya” [HR Al Bukhari dalam Abadul Mufrad]

73. “Sesungguhnya selepasku ini akan adanya para pemimpin yang melakukan kezaliman dan pembohongan. Sesiapa masuk kepada mereka lalu membenarkan pembohongan mereka dan menolong kezaliman mereka maka dia bukan dariku dan aku bukan darinya dan dia tidak akan mendatangi telaga (di syurga). Sesiapa yang tidak membenar pembohongan mereka dan tidak menolong kezaliman mereka, maka dia dari kalanganku dan aku dari kalangannya dan dia akan mendatangi telaga (di syurga). Riwayat Ahmad, al-Nasai, dan al-Tirmidhi. Hadith ini sahih seperti yang dinilai oleh al-Albani.

74. Ubadah berkata, “Kami membaiat Nabi SAW untuk mendengarkan dan mentaati perintahnya, baik dalam keadaan yang kami senangi ataupun kami tidak senangi, dalam keadaan sulit ataupun lapang, serta dalam hal tidak mendahulukan urusan kami, juga agar kami tidak merebut kekuasaan dari seorang pemimpin, kecuali (sabda baginda), ‘Kalau kalian melihat kufran bawaahan (kekufuran yang nyata) yang dapat dibuktikan berdasarkan keterangan dari Allah” [HR Bukhari & Muslim].

75. "Orang Muslim itu ialah saudara bagi orang Muslim yang lain; dia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh membiarkannya binasa" [HR Abu Daud dan at-Tirmidzi].


76. Daripada Abu Hurairah, sabda Rasulullah SAW “Seorang Muslim adalah saudara kepada muslim yang lain, dia tidak harus mengkhianatinya, mendustakan atau mendustainya, tidak juga membiarkannya (tanpa menolong atau melindunginya). Menjadi kewajipan antara orang Islam menjaga kehormatan, harta dan darahnya” [HR at-Tirmizi].